Lagi jamannye becakap kosong. tak tua, tak muda, tak cuma politisi, komentator, dan presenter tak ketinggalan juga. rame-rame ngomong di tv. Yang politisi mengajukan argumen pembelaan berdasarkan kepentingannya, sang komentator menyayah dengan argumen yang penting beda pendapat dengan lawan bicaranya, sang presenter asyik mencari celah yang menggelitik untuk meramaikan suasana debat, kadang menginterogasi melebihi aparat hukum. Jadi ingat waktu masih kanak-kanak. jika mau diperhatikan sama orang tua, kadang kita merengek-rengek, berontak, melakukan segala cara agar diperhatikan dan dituruti kemauan kita. Apakah ini juga cermin demokrasi yang diagung-agungkan di negeri ini? biarlah kodok yang menjawabnya. Setiap pribadi pasti punya sisi idealismenya sendiri-sendiri. Kalaupun hal itu berbeda, bukanlah kekerasan dan pemaksaan kehendak yang dikedepankan. Kami ini tidak pandai menggunakan ancaman untuk membuat sesuatu. Kami selalu diajarkan menggunakan rasa. Dan karya seni yang hendak kami buat juga mengajak manusia menghaluskan rasa yang ada di jiwa.
Muslim Al Maiz Rokan salah seorang anak muda Riau yang bercita-cita menjadi sutradara film. dia berbakat namun bakatnya terpasa dipendam kerena susahnya mencari biaya untuk produksi film. mengantung harapan dapat berkerja sama dengan pihak pemeritah dan swasta di negeri Lancang Kuning ini belum bisa dibanggakan. “Setiap kali memproduksi film terus mengajukan permohonan dana dipemerintahan dimana dia tinggal, namun alasanya selalu”tak ada duit” dia heran untuk berpoya-poya ada duit, jika untuk lembaga lain yang acaranya fiktif selalu ada duit. Kami berkarya bukan nak jadi kaya, kami ingin mengangkat nilai-nilai budaya lokal”. Namun kami bersyukur atas ketidak adanya perhatian pemerintah, merupakan cambuk semagat untuk kami, kami terus berbuat, terus berkarya. Bulan mei ini insyallah kami akan Produksi film budaya lokal Ujar muslim putra Rokan Hulu ini.
Dengan dana seadanya, serta di bantu kawan-kawan, muslim terus melanjutkan keinginanya. Film yang akan diproduksi tahun ini dalam tahap penulisan naskah. Yang akan diproduksi oleh Ucuong Entertaiment dan mahasiswa STKIP Rokania. Film yang yang menceritakan tetang kehidupan sosial yang ada dikampung dengan berbagai persoalan juga dibumbui dengan adegan kocak serta humor,ujar muslim.
“Suting didalam perkampungan dan berbaur dengan warga sangat mengasyikan, selain menambah pengalam juga dapat berlajar hidup bersosial ”tambah muslim”. Dia tetap memberdayakan anak-anak negri seribu suluk untuk menjadi pemain dan juga dibantu dengan mahsiswa STKIP Rokaian. Muslim berharap film yang akan diproduksinya ini berguna bagi masyarakat. Film ini merupan film yang ke lima di sutradari oleh Muslim Al Maiz Rokan, sebelumnya, Do’a pumanih, Petuah Abah, Dukun Kampus, 11, 12 tak jauh beda.